Kamis, 24 Oktober 2019

POLTEKAD KODIKLATAD
JURUSAN TELEKOMUNIKASI 




DISUSUN OLEH  :
NAMA  :      SERDA MUHAMMAD CHOIRUL ANWAR     (20190430-E) 

TEKNIK KOMUNIKASI D4 ANGKATAN IV
BATU,        OKTOBER  2019
1. TUJUAN       :           AGAR BAMASIS DAPAT MEMBUAT RANGKAIAN BCD TO
                                  SEVEN SEGMENT

2. ALAT DAN BAHAN :

A.   IC 4026
B.   IC 555
C.   VR
D.   SEVEN SEGMENT
E.   LIVE WIRE

3. TEORI


       4026 IC adalah 16-pin CMOS tujuh-segmen kontra dari seri 4000. Ini jumlah jam pulsa
dan mengembalikan output dalam bentuk yang dapat ditampilkan pada layar tujuh-segmen .
Hal ini untuk menghindari menggunakan kode-biner desimal ke tujuh-segmen decoder,
tetapi hanya dapat digunakan untuk menampilkan (desimal) 0-9 digit. 
  • Fungsi masing-masing pin IC CD 4026

A.   Mengenal IC 555 (IC Timer) dan Konfigurasi kakinya

      IC Timer atau IC Pewaktu adalah jenis IC yang digunakan untuk berbagai Rangkaian
Elektronika yang memerlukan fungsi Pewaktu dan multivibrator didalamnya. Beberapa
rangkaian yang memerlukan IC Timer diantaranya seperti Waveform Generator, Frequency
Meter, Jam Digital, Counter dan lain sebagainya. IC Timer atau IC Pewaktu yang paling
populer saat ini adalah IC 555 yang dikembangkan oleh Hans R. Camenzind yang bekerja
untuk Signetic Corporation pada tahun 1970-an. Pada dasarnya, IC Timer 555 merupakan
IC Monolitik pewaktu yang menghasilkan Osilasi (Oscilation) dan Waktu Penundaan (Delay
Time) dengan keakuratan dan kestabilan tinggi.

      IC Timer 555 yang umum digunakan adalah IC Timer 555 yang berbentuk DIP (Dual
InlinePackage) dengan 8 kaki terminalnya. Namun seiring dengan perkembangannya, saat
ini kita dapat menemui beberapa versi IC 555, diantaranya seperti IC 556 yang
menggabungkan 2 buah IC 555 dalam satu kemasan (14 kaki), IC 558 yang
menggabungkan 4 buah IC555 dalam satu kemasan (16 kaki) serta IC555 yang
mengkonsumsi daya rendah seperti 7555 dan TLC555. Harga sebuah IC 555 yang
berbentuk DIP 8 kaki cukup murah, yaitu sekitar Rp. 2.000 hingga Rp. 5.000 tergantung
merek dan tipenya.
      Nama IC 555 diambil dari 3 buah resistor yang terdapat dalam kemasan IC dengan nilai
masing-masingnya 5kΩ.

Susunan dan Konfigurasi Kaki IC 555

Berikut ini adalah susunan dan konfigurasi Kaki IC 555 yang berbentuk DIP 8 kaki.
Kaki 1 (GND) : Terminal Ground atau Terminal Negatif sumber tegangan DC.
Kaki 2 (TRIG) : Terminal Trigger (Pemicu), digunakan untuk memicu Output menjadi “High”, kondisi High akan terjadi apabila level tegangan pada kaki Trigger ini berubah dari High menuju ke <1/3Vcc (Lebih kecil dari 1/3Vcc).
Kaki 3 (OUT) : Terminal Output (Keluaran) yang memiliki 2 keadaan yaitu “Tinggi/HIgh” dan “Rendah/Low”.
Kaki 4 (RESET) : Terminal Reset. Apabila kaki 4 digroundkan, Output IC akan menjadi rendah dan menyebabkan perangkat ini menjadi OFF. Oleh karena itu, untuk memastikan IC dalam kondisi ON, Kaki 4 biasanya diberikan sinyal “High”.
Kaki 5 (CONT) : Terminal Control Voltage (Pengatur Tegangan), memberikan akses terhadap pembagi tegangan internal. Secara default, tegangan yang ditentukan adalah 2/3 Vcc.
Kaki 6 (THRES) : Terminal Threshold, digunakan untuk membuat Output menjadi “Low”. Kondisi “Low” pada Output ini akan terjadi apabila Kaki 6 atau Kaki Threshold ini berubah dari Low menuju > 1/3Vcc (lebih besar dari 1/3Vcc).
Kaki 7 (DISCH) : Terminal Discharge. Pada saat Output “Low”, Impedansi kaki 7 adalah “Low”. Sedangkan pada saat Output “High”, Impedansi kaki 7 adalah “High”.
Kaki Discharge ini biasanya dihubungkan dengan Kapasitor yang berfungsi sebagai penentu interval pewaktuan. Kapasitor akan mengisi dan membuang muatan seiring dengan impedansi pada kaki 7. Waktu pembuangan muatan inilah yang menentukan Interval Pewaktuan dari IC555.
Kaki 8 (Vcc) : Terminal Positif sumber tegangan DC (sekitar 4,5V atau 16V).

A.   Seven Segment
Pengertian Seven Segment
     Seven segment adalah suatu segmen-segmen yang digunakan untuk menampilkan
angka / bilangan decimal. Seven segment ini terdiri dari 7 batang LED yang disusun
membentuk angka 8 dengan menggunakan huruf a-f yang disebut DOT MATRIKS. Setiap
segment ini terdiri dari 1 atau 2 LED (Light Emitting Dioda).
     Seven segment dapat menampilkan angka-angka desimal dan beberapa karakter
tertentu melalui kombinasi aktif atau tidaknya LED penyususnan dalam seven segment. 
Untuk mempermudah pengguna seven segment, umumnya digunakan sebuah decoder
atau sebuah seven segment driver yang akan mengatur aktif atau tidaknya led-led dalam
seven segment sesuai dengan inputan biner yang diberikan.

      Piranti tampilan modern disusun sebagai pola 7 segmen atau dot matriks. Jenis 7
segmen sebagaimana namanya, menggunakan pola tujuh batang led yang disusun
membentuk angka 8 seperti yang ditunjukkan pada gambar di atas. Huruf-huruf yang
diperlihatkan dalam gambar tersebut ditetapkan untuk menandai segmen-segmen tersebut.
Dengan menyalakan beberapa segmen yang sesuai, akan dapat diperagakan digit-digit dari
0 sampai 9, dan juga bentuk huruf A sampai F (dimodifikasi).

      Sinyal input dari switches tidak dapat langsung dikirimkan ke peraga 7 segmen,
sehingga harus menggunakan decoder BCD (Binary Code Decimal) ke 7 segmen sebagai
antar muka. Decoder ini terdiri  dari gerbang-gerbang logika yang masukannya berupa digit
BCD dan keluarannya berupa saluran-saluran untuk mengemudikan tampilan 7 segmen.

Prinsip Kerja Seven Segmen

       Prinsip kerja dari seven segment ini adalah inpuan bilangan biner pada switch
dikonversi masuk kedalam decoder, baru kemudian decoder mengkonversi bilangan biner
tersebut ke dalam bilangan desimal, yang mana bilangan desimal ini akan ditampilkan pada
layar seven segmen. Fungsi dari decoder sendiri adalah sebagai pengkonversi bilangan
biner ke dalam bilangan desimal.

Jenis-Jenis Seven Segmen

    Seven segmen ada 2 jenis, yaitu Common Anoda dan Common Katoda

1.    Common Anoda
        Common Anoda merupakan pin yang terhubung dengan semua kaki anoda LED dalam
seven segmen. Common anoda diberi tegangan VCC dan seven segmen dengan common
anoda akan aktif pada saat diberi logika rendah (0) atau sering disebut aktif low. Kaki
katoda dengan label a sampai h sebagai pin aktifasi yang menentukan nyala LED

2.  Common Katoda
   Common Katoda merupakan pin yang terhubung dengan semua kaki katoda LED
dalam seven segmen dengan common katodak akan aktif apabila diberi logika tinggi (1)
atau disebut aktif high. Kaki anoda dengan label a sampai h sebagai pin aktifasi yang
menentukan nyala LED.

Gambar : Skematik Internal Segmen Display
(a) Common Katoda, (b) Common Anoda

Fungsi - fungsi SEVEN SEGMEN di kehidupan sehari hari :
·         Untuk jam digital
·         Untuk papan score pada olahraga
·         Untuk Calculator
·         Untuk Tulisan SELAMAT DATANG pada Bank, gerbang tol dll.
LANGKAH PERCOBAAN :






 5. ANALISA
        Hasil jika switch di ubah ke ON-OFF apa yang terjadi dengan 7 Segment Displays :
ü     Pada saat switch di ON kana tau di klik maka reaksi pada 7 segment Display
       membentuknyala lampu sesuai urutan mulai dari angka 1/@klik dan seterusnya.
ü     Pada saat dilepasnya klik di switch maka secara otomatis pembentukan nyala
       selanjutnya OFF atau berhenti sesuai kebutuhan.
                        
        Hasil dari table konversi BCD ke 7 Segment Displays saat VR diputar :
  Pada percobaan potensio pada prosentase 0%, menunjukkan hasil pada 7 segment
display dalam mengganti bentuk nyala lampu berupa angka yang sangat cepat, serta
pembentukan pulsa dapat terbentuk sebanyak 2 pulsa dalam 1 detik.

  Pada percobaan potensio pada prosentase 10%, menunjukkan hasil pada 7 segment
display dalam mengganti bentuk nyala lampu berupa angka yang masih sangat cepat, serta
pembentukan pulsa dapat terbentuk sebanyak 1,75 pulsa dalam 1 detik.

  Pada percobaan potensio pada prosentase 20%, menunjukkan hasil pada 7 segment
display dalam mengganti bentuk nyala lampu berupa angka yang sangat cepat, serta
pembentukan pulsa dapat terbentuk sebanyak 1,50 pulsa dalam 1 detik.

  Pada percobaan potensio pada prosentase 30%, menunjukkan hasil pada 7 segment
display dalam mengganti bentuk nyala lampu berupa angka yang cepat tp seiring
ditambahnya prosentase potensio maka percepatan pembentukan nyala lampu makin
melambat sedikit, serta pembentukan pulsa dapat terbentuk sebanyak 1,25 pulsa dalam 1
detik.

  Pada percobaan potensio pada prosentase 40%, menunjukkan hasil pada 7 segment 
display dalam mengganti bentuk nyala lampu berupa angka yang cepat tp seiring 
ditambahnya prosentase potensio maka percepatan pembentukan nyala lampu makin 
melambat sedikit, serta pembentukan pulsa dapat terbentuk sebanyak 1,10 pulsa dalam 1 
detik.

  Pada percobaan potensio pada prosentase 50%, menunjukkan hasil pada 7 segment 
display dalam mengganti bentuk nyala lampu berupa angka yang cepat tp seiring 
ditambahnya prosentase potensio maka percepatan pembentukan nyala lampu makin 
melambat sedikit, serta pembentukan pulsa dapat terbentuk sebanyak 1,05 pulsa dalam 1 
detik.

  Pada percobaan potensio pada prosentase 60%, menunjukkan hasil pada 7 segment
display dalam mengganti bentuk nyala lampu berupa angka yang cepat tp seiring
ditambahnya prosentase potensio maka percepatan pembentukan nyala lampu makin
melambat sedikit, serta pembentukan pulsa dapat terbentuk sebanyak 1 pulsa dalam 1
detik.

  Pada percobaan potensio pada prosentase 70%, menunjukkan hasil pada 7 segment 
display dalam mengganti bentuk nyala lampu berupa angka yang cepat tp seiring 
ditambahnya prosentase potensio maka percepatan pembentukan nyala lampu makin 
melambat sedikit, serta pembentukan pulsa dapat terbentuk sebanyak 0,9 pulsa dalam 1 
detik.

  Pada percobaan potensio pada prosentase 80%, menunjukkan hasil pada 7 segment 
display dalam mengganti bentuk nyala lampu berupa angka yang standart tp seiring 
ditambahnya prosentase potensio maka percepatan pembentukan nyala lampu makin 
melambat sedikit, serta pembentukan pulsa dapat terbentuk sebanyak 0,8 pulsa dalam 1 
detik.

  Pada percobaan potensio pada prosentase 90%, menunjukkan hasil pada 7 segment
display dalam mengganti bentuk nyala lampu berupa angka yang standart tp seiring
ditambahnya prosentase potensio maka percepatan pembentukan nyala lampu makin
melambat sedikit, serta pembentukan pulsa dapat terbentuk sebanyak 0,7  pulsa dalam 1
detik.

  Pada percobaan potensio pada prosentase 100%, menunjukkan hasil pada 7 segment
display dalam mengganti bentuk nyala lampu berupa angka yang standart tp seiring
ditambahnya prosentase potensio maka percepatan pembentukan nyala lampu makin
melambat sedikit, serta pembentukan pulsa dapat terbentuk sebanyak 0,6  pulsa dalam 1
detik.


6. KESIMPULAN.

   Hasil dari percobaan tersebut dapat disimpulkan tinggi rendahnya potensio saat dinaikkan
mulai dari 0%, 10%, 20%, 30%, 40%, 50%, 60%, 70%, 80%, 90% dan 100% membuktikan
peubahan bentuk nyala angka pada di 7 segment display sangat berpengaruh terhadap
kecepatan pergantian bentuk angka tersebut. Pembentukan pulsa pada rangkaian tersebut
makin tinggi prosentasenya makin sedikit juga pembentukan 1 pulsa dalam 1 detik.